Kotawaringin Barat
Rabu, 14 Juli 2010 00:42
PEDAGANG nasi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) menjerit karena harga bahan baku mereka di pasar tradisional Pangkalan Bun terus merangkak naik dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan, tiga hari terakhir, kenaikan harga semakin menggila di pasar-pasar tradisional Ibu Kota Kobar tersebut.
Riyati, salah seorang pedagang nasi di Kelurahan Raja, Kecamatan Arut Selatan me-ngatakan, "Aku bingung, harga-harga sekarang mahal."
Ibu paruh baya tersebut, sempat berkaca-kaca ketika menuturkan keluhan tersebut di warung nasinya, kemarin.
Kenaikan harga bahan kebutuhan pokok di Kobar seperti beras, telur, daging, dan minyak goreng yang terus meningkat seiring dengan penaikan tarif listrik per 1 Juli 2010, rencana pemerintah mencabut subsidi harga bahan bakar minyak (BBM), dan pencairan gaji ke-13 PNS.
Di samping itu, kondisi pasokan bahan kebutuhan pokok dari Jawa ke Kalimantan Tengah yang tidak menentu akibat cuaca menambah runyam keadaan. Suplai barang di pasar menjadi tersendat dan memaksa pedagang menaikkan harga agar tidak kehabisan modal.
Inilah yang dialami para pedagang makanan seperti Riyati di sekitar Pangkalan Bun.
"Iya, kalau pegawai masih jelas nasibnya karena setiap bulan mereka menerima gaji. Nah, kalau rakyat kecil seperti saya hanya mengandalkan hasil penjualan dari warung nasi saja," tuturnya.
Ibu empat anak tersebut mengaku dirinya sudah kehabisan modal, "Untuk jualan besok, saya hanya bisa membeli ikan setengah kilo dan hati ayam dua potong," ungkapnya.
Dari penuturan dia, harga-harga bahan kebutuhan pokok di pasar semakin tidak terjangkau, di antaranya, ayam potong Rp30.000 per kg, bawang putih Rp28.000/kg, dan bawang merah Rp25.000/kg. Padahal, lima hari yang lalu, harga bawang merah masih Rp17.000/kg.
Menurut rencana, perem-puan asal Jawa Timur tersebut akan mengajukan pinjaman ke salah satu bank swasta di Kobar untuk tambahan modal usahanya tersebut.
Hal tersebut pun dirasa-kan Mastainah, warga Kelurahan Mendawai yang memiliki warung nasi di belakang Pasar Indra Kencana. "Saya kaget, waktu beli bawang merah tadi pagi karena harganya mahal sekali," ungkapnya.
Ibu yang selalu dibantu putrinya itu mengaku meski harga makanan yang dijual-nya sudah dinaikkan, hal tersebut tidak berpengaruh pada keuntungan yang didapatnya. “Nanti juga harganya akan naik terus. Saya tinggal menyesuaikan saja,” jelasnya.
Sumber : http://borneonews.co.id/news/kobar/12-kobar/3374-pedagang-nasi-mulai-menjerit.html
Kamis, 15 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar