Gunakan Peralatan Manual, Sebulan Hasilkan Dua Perahu
Sedikit orang yang mempunyai keahlian membuat perahu di Kabupaten Kobar. Yuma adalah salah satu dari yang sedikit orang tersebut. Membuat perahu sudah dilakoninya sejak puluhan tahun silam. Tak terhitung sudah berapa perahu hasil dari tangan Yuma ini.
Seiring perkembangan zaman dan pesatnya alat transportasi, usaha pembuatan perahu kelotok di Kota Pangkalan Bun masih sangat menjanjikan. Sungai yang menjadi denyut nadi sebagian masyarakatnya. menjadikan perahu sebagai salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi.
"Dalam sebulan biasanya ada dua hingga tiga perahu yang bisa kami kerjakan. Harga Perahu bervariasi antara Rp 3,5 juta — 4 juta, tergantung panjang dan ukuran perahu," jelas Yuma disela kesibukannya mengerjakan perahu saat ditemui di tempat kerjanya di bantaran Sungai Arut Kelurahan Raja Seberang.
Kayu untuk pembuatan perahu didapatkannya melalui pemesanan ditempat Iangganannya. Harga yang harus dikeluarkannya. Untuk bahan dasar berkisar antara Rp 2-3 juta. Jenis kayu yang diperlukan di antaranya Kampul, Lanan atau kayu yang jenisnya ringan tapi kuat.
Waktu pengerjaan sebuah perahu berkisar antara 10 — 15 hari. Dikerjakan dengan peralatan manual dan semi elektrik antara lain palu, bor listrik dan gergaji mesin dan besi. Selama pekerjaan berlangsung, ia dibantu oleh tiga orang pekerja. Menurut penuturan salah seorang pekerja di galangan perahu milik Yuma pendapatan sebulan yang diperolehnya bisa dikatakan lumayan. "Biasanya sebulan Rp 1-2 juta bisa kami dapatkan. Tergantung dari banyaknya pemesanan," jelas Junaidi salah seorang pekerja.
Hal ini dibenarkan oleh Yuma sang pemilik. la mengaku senang berprofesi sebagai pembuat perahu ini. "Hanya ini keahlian yang saya bisa. Tentunya lebih menyenangkan lagi galangan perahu ini milik sendiri. Keuntungan yang saya dapatkan juga tergolong lumayan antara Rp 3 — 4 juta," jelas lelaki asal Makassar yang menetap di Pangkalan Bun sejak tahun 1988 silam. Yuma menjelaskan sebelum memiliki gaIangan perahu sendiri, ia bekerja ikut sang paman yang memiliki galangan perahu yang membuat kapal laut yang berada di kecamatan Kumai.
Bapak dua anak ini mengaku terjun sebagai pengrajin perahu mengandalkan modal nekad. "Saat memulai ini, saya hanya mempunyai modal berupa peralatan yang sangat sederhana guna memenuhi pesanan klien. Alhamdulillah sekarang bisa berkembang walaupun lambat," ungkapnya.
Namun modal yang merupakan kendala klasik dalam berusaha juga seringkali dialaminya. "Sementara ini kami hanya mengandalkan dari order yang datang. Hanya sedikit perahu yang kami buat untuk dijual. Harapannya kami sebagai pengusaha kecil seperti ini juga bisa mendapatkan pinjaman kredit seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar galangan ini semakin berkembang produksinya. Juga ada dinas terkait yang bisa memberi penyuluhan kepada kami terkait peningkatan mutu hasil dan cara mendapatkan pinjaman kredit," pungkasnya. (Sumber: Radar Sampit, 8 Juli 2010)
Sabtu, 10 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar