Komunitas Blogger Kotawaringin Barat

Islamic Calendar

Islamic Widget

Sabtu, 10 Juli 2010

Melongok Aktivitas Pembuat Perahu di Bantaran Sungai Arut

Gunakan Peralatan Manual, Sebulan Hasilkan Dua Perahu

Sedikit orang yang mempunyai keahlian membuat perahu di Kabupaten Kobar. Yuma adalah salah satu dari yang sedikit orang tersebut. Membuat perahu sudah dilakoninya sejak puluhan tahun silam. Tak terhitung sudah berapa perahu hasil dari tangan Yuma ini.

Seiring perkembangan zaman dan pe­satnya alat transportasi, usaha pembuatan perahu kelotok di Kota Pangkalan Bun masih sangat menjanjikan. Sungai yang menjadi denyut nadi sebagian masyarakatnya. men­jadikan perahu sebagai salah satu kebutu­han yang harus dipenuhi.

"Dalam sebulan biasanya ada dua hingga tiga perahu yang bisa kami kerjakan. Harga Perahu bervariasi antara Rp 3,5 juta — 4 juta, ter­gantung panjang dan ukuran perahu," jelas Yuma disela kesibukannya mengerjakan perahu saat ditemui di tempat kerjanya di ban­taran Sungai Arut Kelurahan Raja Seberang.

Kayu untuk pembuatan perahu didapat­kannya melalui pemesanan ditempat Iangganannya. Harga yang harus dikeluarkannya. Untuk bahan dasar berkisar antara Rp 2-3 juta. Jenis kayu yang diperlukan di antaran­ya Kampul, Lanan atau kayu yang jenisnya ringan tapi kuat.

Waktu pengerjaan sebuah perahu berkisar antara 10 — 15 hari. Dikerjakan den­gan peralatan manual dan semi elektrik ant­ara lain palu, bor listrik dan gergaji mesin dan besi. Selama pekerjaan berlangsung, ia dibantu oleh tiga orang pekerja. Menurut penuturan salah seorang pekerja di ga­langan perahu milik Yuma pendapatan se­bulan yang diperolehnya bisa dikatakan lumayan. "Biasanya sebulan Rp 1-2 juta bisa kami dapatkan. Tergantung dari bany­aknya pemesanan," jelas Junaidi salah se­orang pekerja.

Hal ini dibenarkan oleh Yuma sang pemil­ik. la mengaku senang berprofesi sebagai pembuat perahu ini. "Hanya ini keahlian yang saya bisa. Tentunya lebih menyenangkan lagi galangan perahu ini milik sendiri. Keuntungan yang saya dapatkan juga tergolong lumayan antara Rp 3 — 4 juta," jelas lelaki asal Makassar yang menetap di Pangkalan Bun sejak tahun 1988 silam. Yuma menjelaskan sebelum memiliki ga­Iangan perahu sendiri, ia bekerja ikut sang paman yang memiliki galangan perahu yang membuat kapal laut yang berada di kecama­tan Kumai.

Bapak dua anak ini mengaku terjun se­bagai pengrajin perahu mengandalkan modal nekad. "Saat memulai ini, saya hanya mem­punyai modal berupa peralatan yang sangat sederhana guna memenuhi pesanan klien. Alhamdulillah sekarang bisa berkembang walaupun lambat," ungkapn­ya.

Namun modal yang merupakan kendala klasik dalam berusaha juga seringkali di­alaminya. "Sementara ini kami hanya men­gandalkan dari order yang datang. Hanya sedikit perahu yang kami buat untuk dijual. Harapannya kami sebagai pengusaha kecil seperti ini juga bisa mendapatkan pinjaman kredit seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar galangan ini semakin berkembang produksinya. Juga ada dinas terkait yang bisa memberi penyuluhan kepada kami ter­kait peningkatan mutu hasil dan cara menda­patkan pinjaman kredit," pungkasnya. (Sumber: Radar Sampit, 8 Juli 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar