Komunitas Blogger Kotawaringin Barat

Islamic Calendar

Islamic Widget

Kamis, 22 Juli 2010

Berkunjung ke Desa Kumpai Batu Bawah yang Menjadi Langganan Banjir

Pelayanan Kantor Desa Dialihkan ke Rumah Kades

Desa Kumpai Batu Bawah, merupakan salah satu desa yang kerap dilanda banjir. Kini banjir yang melanda mengakibatkan beragam aktivitas menjadi terhambat. Tak saja perekonomian aktivitas sehari-hari juga terganggu. Saat koran ini menyusuri desa yang, mayoritas berpenduduk jawa ini, nampak kanan dan kiri jalan digenangi air. Di halaman rumah warga nyaris tak ada tempat yang kering, semuanya tergenang, sebagian,warga juga lebih memilih berdiam diri dirumah.

Berdasarkan keterangan warga akibat banjir tersebut mengakibatkan berbagai aktifitas terhambat. Salah satunya , pengalihan layanan desa di rumah pribadi kepala desa (kades) yang sudah berlangsung 2 hari. Kepala Desa Kumpai Batu Bawah Bambang Silih Warno, dikonfirmasi Radar sampit dikediamannya membenarkan bahwa pelayanan sementara dialihkan akibat banjir. Kendati demikian ia menegaskan pihak aparat desa tetap maksimal memberikan pelayanan meskipun dialihkan sementara.

"Sejak minggu-minggu ini banjir memang terus meninggi, sepertinya banjir kali ini, sangat tinggi dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, hampir sama dengan tahun 1997 lalu," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut pihak desa mengharapkan meskipun pada dasarnya masyarakat memahami situasi dan kondisi Kabupaten Kobar yang sedang kisruh pemilukada, namun alangkah baiknya eksekutif maupun legislatif dapat memantau Iangsung ke lapangan. Sehingga langsung mengetahui apa yang sedang dibutuhkan dan mengetahui apa langkah yang harusnya dilakukan.

“Memang yang, dipikirkan pemerintah bukan hanya Desa Kumpai Batu bawah saja, tetapi Menurut saya banjir ini perlu perhatian serius," harapnya.

Dikatakan Bambang, dengan adanya tanggul-tanggul yang dibangun di Desa Kumpai Batu bawah tersebut sedikit banyaknya telah mampu meminimalisir terjadinya banjir. la pun tak dapat membayangkan jika tanggul tersebut tidak ada tentu desa yang mempunyai penduduk-sekitar 2.300 jiwa tersebut akan dilanda banjir yang begitu berat.

Hal tersebut menurut Bambang ­terbukti tingginya air ditanggul sekitar setengah meter dibanding dengan air yang berada di luar tanggul. Hanya saja ia bersama masyarakat setempat, mengharapkan agar pemerintah tidak, setengah-setengah dalam membangun tanggul.

"Berdasarkan pantauan saya tanggul memang berfungsi untuk meminimalisir banjir, namun jika pembangunannya serius mungkin banjir tak setinggi ini," tutur Bambang dikediamannya.

Menurutnya sedikitnya ada 7 titik, tanggul atau pintu air yang perlu dibenahi, karena ada yang bocor. "Sebenarnya menurut saya tinggal penyempurnaan saja. Jika ditangani serius tanggul akan berfungsi maksimal,"jelasnya.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan pemerintah, sebenarnya banjir di Kumpai Batu Bawah bukan hal baru. Musibah seperti ini sudah terjadi puluhan tahun semenjak hutan Kalimantan menjadi gundul.

Menurut Bambang jika pemerintah serius menangani masalah tersebut tentu akan dapat dipecahkan bersama, karena banjir sudah terjadi puluhan tahun. Dalam kesempatan tersebut Bambang mewakili masyarakatnya, yang sebagai orang awam sangat mengharapkan perhatian dari semua pihak, untuk mencari solusi terbaik demi kesejahteraan masyarakat.

"Karena akibat banjir tentu sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi kemudian penghasilan sehari-hari warga, serta kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Masyarakat di sini hanya mengandalkan bertani, tapi selalu saja yang memanen hanyalah banjir sehingga tak sedikit yang putus asa, namun ada pula yang terus mencoba demi perbaikan hidup di masa depan,tapi kenyataannya kehidupan tak berubah." bebernya. (Sumber: Radar Sampit, 20 Juli 2010)


Berkunjung ke Desa Kumpai Batu Bawah yang Menjadi Langganan Banjir (2-habis)
Bertani Selalu Waswas, Pilih Bertahan Dengan Beternak Sapi

Desa Kumpai Batu Bawah merupakan salah satu desa yang kerap dilanda banjir. Kini banjir itu kembali melanda dan mengakibatkan beragam aktivitas menjadi terhambat. Salah satunya adalah usaha pertanian milik masyarakat setempat.

Warga Kumpai Batu bawah berhijrah dari pulau jawa tidak lain untuk merubah nasib. Harapannya agar kehidupan menjadi lebih layak dan sejahtera dengan melihat luas lahan dan potensi pertanian yang menjanjikan di desa tersebut.

Namun sejak hutan Kalimantan gundul dan disulap menjadi, hutan sawit kini kampung tersebut kerap menjadi sasaran banjir. Akibatnya perkembangan desa juga terhambat terlebih lagi usaha tani masyarakat setempat sering kandas diterpa banjir.

Untuk menopang kebutuhan hidup warga setempat tanpa mengenal putus asa, selalu berusaha untuk mewujudkan cita-citanya mendapatkan kehidupan yang lebih layak dengan cara bertani. Namun sejak beberapa tahun terakhir banjir terus menghantui warga setempat, tidak mengenal waktu kapan saja banjir akan tiba, terlebih ketika musim penghujan seperti saat ini.

"Kalau untuk bertani saja rasanya sudah sangat sulit dikembangkan untuk di daerah dataran rendah di desa ini. Ketika kita menanam padi atau tanaman lainnya seperti sayur mayur dan sebagainya selalu dihantui oleh banjir, ditambah lagi saat ini musim susah diprediksi," ungkap Soli warga Kumpai Batu Bawah.

Meskipun demikian masih saja di antara mereka ada yang pantang menyerah untuk terus berusaha demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan cara bertani. Namun sebagian besar masyarakat di desa ini mampu bertahan hingga saat ini sejak tahun 1974 adalah dipilihnya ternak sapi sebagai usaha sampingan yang sewaktu-waktu ketika dibutuhkan dapat langsung dijual.

"Ya, umumnya masyarakat kita mampu bertahan karena mempunyai ternak sapi. Kalau hanya mengandalkan bertani tidak akan cukup, apalagi jika anak-anak mereka sudah memasuki masa-masa sekolah kebutuhan akan semakin meningkat," jelas kepala Desa Kumpai Batu bawah Bambang Silih Wangi saat disambangi dikediamannya Senin (19/7) kemarin.

Menurutnya banjir memiliki pengaruh yang sangat luar biasa terhadap tingkat perekonomian masyarakat dan taraf hidup warga setempat. Oleh karena itu ternak sapi, digunakan warga sebagai tabungan ketika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Harapannya pemerintah membaca potensi desa. Artinya tidak dipaksakan untuk dikembangkan sebagai pusat pertanian sementara desanya selalu dilanda banjir. "Dengan kondisi desa seperti ini, harapan kami pemerintah mampu menilai apa sebenarnya potensi desa Kumpai Batu bawah ini. Nantinya potensi itulah yang dikembangkan. Jika kondisinya masih seperti ini (banjir, red) kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah tercapai maksimal karena selalu gagal ketika hendak bercocok tanam lantaran banjir," jelas Bambang

Banjir yang menimpa warga setempat diperkirakan sudah merendam sekitar 50 hektare lahan potensial milik penduduk. Sementara keseriusan pemerintah yang dinilai masih kurang juga ada pada penempatan petugas penyuluh lapangan (PPL). Seharusnya PPL yang ditempatkan disesuaikan dengan bidangnya agar ketika terjun di Desa bisa nyambung.
Sementara saat ini menurut Bambang, PPL yang ditempatkan di Kumpai Batu Bawah kurang pas. Apalagi kontribusinya terhadap warga belum nampak. "Harapan kita sebelum melaksanakan program di Desa Kumpai Batu Bawah, agar pemerintah melihat terlebih dahulu, apa sih potensi yang patut dikembangkan sehingga kelak tidak sia-sia. Karena masih banyak desa lainnya juga yang masih perlu perhatian, jangan sampai di Desa kami dijadikan kelinci percobaan," tandasnya. (Sumber: Radar Sampit, 21 Juli 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar