Komunitas Blogger Kotawaringin Barat

Islamic Calendar

Islamic Widget

Jumat, 20 Agustus 2010

Pasar Ramadan Mulai Ditinggalkan Pembeli

Di jantung Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), tepatnya di Lapangan Tugu, Kelurahan Raja, terdapat Pasar Ramadan. Pasar yang menyediakan beraneka ragam jajanan untuk berbuka puasa ini memang su­dah menjadi agenda rutin Pem­kab Kobar.

Awalnya, pasar yang muncul setiap memasuki Ramadan ini menjadi salah satu potensi wi­sata religi. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, Pasar Ramadan yang beberapa tahun lalu begitu megah, kini mulai sepi pengunjung. Hal ini seiring munculnya pasar serupa di be­berapa lokasi berbeda.

Tercatat, Pasar Ramadan ju­ga ada di Kelurahan Baru, Ke­lurahan Madurejo, dan Kelura­han Mendawai, belum lagi pen­jual kue dadakan yang muncul di depan rumah atau kios. Keberadaan beberapa lokasi Pasar Ramadan baru ini sebenarnya menguntungkan mas­yarakat, sebab membuat alter­natif pilihan bertambah. Namun di sisi lain, kebera­daan mereka membuat kon­sentrasi pembeli menjadi terpe­cah. Akibatnya, Pasar Ramadan yang dulu begitu megah kini mulai sepi.

Antusiasme masyarakat ha­nya pada awal puasa, namun Semakin mendekati akhir Ra­madan, suasana pasar menjadi sepi. Padahal, jika dibanding­kan dengan tahun-tahun sebe­lumnya, dari awal puasa hingga akhir, selalu ramai pembeli. Sepinya pembeli di Pasar Ra­madan diakui para penjual kue dan lauk pauk di pasar ini. Hadijah, penjual kue basah di Pasar Ramadan mengatakan, seharusnya Pasar Ramadan hanya ada satu, sehingga para pembeli tidak terpencar. "Ken­dati para pembeli itu hanya di­picu rasa penasaran untuk me­ngunjungi Pasar Ramadan yang lain," katanya.

Hal senada juga diungkap­kan Hamisah dan Fitri, penjual kue di pasar yang sama. Menurut mereka, seharusnya semua pedagang kue dikumpulkan di satu Pasar Ramadan agar para pembeli terkonsentrasi di satu tempat. "Bagusnya memang dijadi­kan satu saja di sini dan juga disiapkan tempat duduk (lese­han atau sejenisnya) untuk me­reka yang ingin berbuka di to­kasi Pasar Ramadan," ucap Fitri, seraya menambahkan, dirinya terpaksa menambah modal ka­rena keuntungan yang didapat tidak bisa menutup modal un­tuk berjualan esok hari.

Juariyah, pedagang lauk­ pauk di Pasar Ramadan menga­ku, modal yang dikeluarkan setiap hari berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Sedangkan keuntungan yang diperoleh paling tinggi Rp 150 ribu per hari. Bahkan apabila hujan turun, hasil jualan hanya bisa mengembalikan modal.

Menurunnya jumlah pem­beli di Pasar Ramadan, me­nurut Pengamat Ekonomi Kobar Maslipansyah, me­nunjukan bahwa daya beli masyarakat saat ini sangat rendah. Tingginya animo masya­rakat berkunjung atau membeli makanan untuk berbuka di Pasar Ramadan hanya terjadi pada awal­-awal puasa. Itu pun hanya disebabkan rasa penasaran mereka. Setelah itu, masya­rakat akan kembali ke selera awal yang disesuaikan de­ngan kondisi keuangan.
Dia juga menilai, berku­rangnya jumlah pembeli di Pasar Ramadan disebabkan harga makanan yang disaji­kan tidak lagi sesuai dengan kondisi ekonomi masyara­kat Kobar. (Sumber: Borneo News, 19 Agustus 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar