Di jantung Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), tepatnya di Lapangan Tugu, Kelurahan Raja, terdapat Pasar Ramadan. Pasar yang menyediakan beraneka ragam jajanan untuk berbuka puasa ini memang sudah menjadi agenda rutin Pemkab Kobar.
Awalnya, pasar yang muncul setiap memasuki Ramadan ini menjadi salah satu potensi wisata religi. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, Pasar Ramadan yang beberapa tahun lalu begitu megah, kini mulai sepi pengunjung. Hal ini seiring munculnya pasar serupa di beberapa lokasi berbeda.
Tercatat, Pasar Ramadan juga ada di Kelurahan Baru, Kelurahan Madurejo, dan Kelurahan Mendawai, belum lagi penjual kue dadakan yang muncul di depan rumah atau kios. Keberadaan beberapa lokasi Pasar Ramadan baru ini sebenarnya menguntungkan masyarakat, sebab membuat alternatif pilihan bertambah. Namun di sisi lain, keberadaan mereka membuat konsentrasi pembeli menjadi terpecah. Akibatnya, Pasar Ramadan yang dulu begitu megah kini mulai sepi.
Antusiasme masyarakat hanya pada awal puasa, namun Semakin mendekati akhir Ramadan, suasana pasar menjadi sepi. Padahal, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dari awal puasa hingga akhir, selalu ramai pembeli. Sepinya pembeli di Pasar Ramadan diakui para penjual kue dan lauk pauk di pasar ini. Hadijah, penjual kue basah di Pasar Ramadan mengatakan, seharusnya Pasar Ramadan hanya ada satu, sehingga para pembeli tidak terpencar. "Kendati para pembeli itu hanya dipicu rasa penasaran untuk mengunjungi Pasar Ramadan yang lain," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Hamisah dan Fitri, penjual kue di pasar yang sama. Menurut mereka, seharusnya semua pedagang kue dikumpulkan di satu Pasar Ramadan agar para pembeli terkonsentrasi di satu tempat. "Bagusnya memang dijadikan satu saja di sini dan juga disiapkan tempat duduk (lesehan atau sejenisnya) untuk mereka yang ingin berbuka di tokasi Pasar Ramadan," ucap Fitri, seraya menambahkan, dirinya terpaksa menambah modal karena keuntungan yang didapat tidak bisa menutup modal untuk berjualan esok hari.
Juariyah, pedagang lauk pauk di Pasar Ramadan mengaku, modal yang dikeluarkan setiap hari berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Sedangkan keuntungan yang diperoleh paling tinggi Rp 150 ribu per hari. Bahkan apabila hujan turun, hasil jualan hanya bisa mengembalikan modal.
Menurunnya jumlah pembeli di Pasar Ramadan, menurut Pengamat Ekonomi Kobar Maslipansyah, menunjukan bahwa daya beli masyarakat saat ini sangat rendah. Tingginya animo masyarakat berkunjung atau membeli makanan untuk berbuka di Pasar Ramadan hanya terjadi pada awal-awal puasa. Itu pun hanya disebabkan rasa penasaran mereka. Setelah itu, masyarakat akan kembali ke selera awal yang disesuaikan dengan kondisi keuangan.
Dia juga menilai, berkurangnya jumlah pembeli di Pasar Ramadan disebabkan harga makanan yang disajikan tidak lagi sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat Kobar. (Sumber: Borneo News, 19 Agustus 2010)
Jumat, 20 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar