Sejarah Kotawaringin Barat dimulai dengan masuknya pengaruh kerajaan Hindu Majapahit di tahun 1365 dengan mengangkat kepala-kepala suku menjadi menteri kerajaan (Riwut, 1993: 55). Ini dibuktikan dengan disebutnya daerah Kotawaringin dalam pupuh XIII buku nagara kertagama karya Mpu Prapanca. Nama Kotawaringin berasal dari nama pohon beringin yang banyak tumbuh di daerah ini, dengan akarnya yang panjang dan dedaunan yang lebat.
Nama-nama Sultan di Kerajaan Kotawaringin :
• Sultan I: Pangeran adipati Anta kesuma memerintah sejak tahun 1615 dengan Mangkubumi Kiai Gede. Membangun Istana Luhur dan bangunan lain seperti Surau Rumah Patih, Menyusun undang - undang kerajaan Kotawaringin yakni Kitab Kanun Kuntara.
• Sultan II: Pangeran Mas Dipati memerintah dari tahun 1630 - 1655 M. Mangkubuminya Dipati Gading
• Sultan III: Pangeran Panembahan Anum bin Fangeran Mas Dipati, dengan mangkubumi Dipati Ganding. Memerintah dari tahun 1655 - 1682 M.
• Sultan IV: Pangeran Prabu (1682-1699) dengan mangkubumi Pangeran Dira.
• Sultan V: Pangeran Dipati Tuha bin Pangeran Prabu (1699-1711) Mangkubumi pangeran Cakra.
• Sultan VI: Pangeran Penghulu bin Pangeran Dipati Tuha (1711 – 1727), dengan Mangkubumi Pangeran Anum.
• Sultan VII: Pangeran Ratu Bagawan bin Pangeran Penghulu (1727 – 1761), dengan Mangkubumi Pangeran Paku Negara. Di masa pemerintahannya dilaksanakan pembangunan mesjid jami Kotawaringin. Jaman keemasan tapi Kotawaringin diserahkan ke Belanda oleh ker. Banjar
• Sultan VIII : Pangeran Ratu Anum Kesumayuda 1767– 1805.
• Pembangunan pesantren di danau Gatal Kanan dan danau Gatal Kiri (desa Rungun sekarang). Sebagai satu kompleks kerajaan di tempat ini terdapat beberapa bangunan antara lain Astana Alnursari, Mesjid Jami Kotawaringin, pekuburan keluarga raja.
• Astana Alnursari, dibangun oleh Pangeran Paku Sukma Negara dan diresmikan tahun 1867. Istana ini dibangun setelah keraton dipindahkan ke Pangkalan Bun, sehingga tidak pernah ditempati oleh Sultan.
• Sultan IX : Pangeran Ratu Imanudin (1805 – 1841) dengan Mangkubumi Pangeran Adipati Mohamad Saleh dan kemudian diganti oleh Pangeran Mangkurat. Kerajaan dipindah ke pinggir S. Arut di Pangkalan Bapak Buun. Membangun Istana Lawang Agung Bukit Indera Kencana.
• Sultan X : Pangeran Ratu Ahmad Hermansyah bin Panqeran Ratu Imannuddin 1847 - 1862, dengan mangkubumi Pangeran Paku Syukma Negara.
• Sultan XI : Pangeran Paku Syukma negara (1862-1867) dengan mangkubumi Pangeran Prabunata.
• Sultan XII : Pangeran Ratu Anum Kesumayuda (Gusti Muhammad Sanusi) bin Pangeran Ratu Ahmad Hermansyah, (1867 - l904) M. Sebagai mangkubumi, diangkat Pangeran Paku Sukma Negara. Karena tidak memiliki anak laki-laki, maka terjadi perebutan tahta kerajaan.
• Sultan XIII : Paku Syukma Negara bin Panqeran Ratu Imannuddin, pada waktu menjabat untuk kedua kalinya sebagai raja Kotawaringin ke XIII telah mengangkat Mangkubumi Adipati Mangku Negara. Sultan ke XIII ini memerintah dari tahun 1904 - 1913 M.
• Sultan XIV : Pangeran Ratu Sukma Alamsyah bin Pangeran Bagawan (1913 – 1939), dengan Mangkubumi Pangeran Adipati Mangkunegara. hubungan antara kota-kota di muara sungai atau tepi. pantai ke daerah-daerah pedalaman sudah dapat ditempuh dalam waktu yang lebih singkat. Ini karena adanya kapal-kapal api khusus yang da¬pat melayani sungai-sungai kecil di pedalaman sampai mendekati daerah-daerah yang berjeram.
Kamis, 03 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar