Selasa, 18 Mei 2010
Kesultanan Kutaringin bukan Lagi hanya Kenangan
BANGUNAN itu seluruh bagiannya terbuat kayu ulin, kayu keras khas hutan tropis Kalimantan. Tidak semua orang, terutama pendatang, mengetahui bangunan yang berdiri di atas Lapangan Tugu Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) itu adalah bernama Istana Kuning. Yang merupakan sisa-sisa peninggalan dari sebuah kerajaan terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan nama Kesultanan Kutaringin.
Sebagai kerajaan satu-satunya yang pernah berdiri di bumi Kalteng, kekuasaan Kesultanan Kutaringin tersebar dari ujung barat yaitu Kewedanan Sukadana yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Ketapang yang masuk wilayah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), hingga ke ujung timur yang kini di kenal dengan Kabupaten Katingan, salah satu kabupaten pemekaran di Kalteng. Namun, sejak lebih dari 60 tahun lalu, tepatnya ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan, eksistensi Kesultanan Kutaringin yang telah berusia lebih dari 350 tahun ini perlahan terus memudar.
Penyerahan kedaulatan kepada pemerintahan RI dari tangan Sultan XIV Sukma Alamsyah kala itu bukannya berbuah pada lestarinya peninggalan kesultanan. Tetapi justru sebaliknya. Tak ada penghargaan setimpal terhadap kerabat pewaris Kesultanan Kutaringin yang terpaksa tunduk pada ketentuan tidak ada negara dalam negara.
Kerabat Kesultanan bahkan mengaku kerap terpaksa menjual barang berharga peninggalan leluhurnya hanya untuk bertahan hidup.
Hampir seluruh peninggalan Kesultanan Kutaringin musnah ketika bangunan Istana Kuning ludes dilalap api akibat ulah orang tidak waras pada 1986. Belasan tahun berlalu. Bangunan istana yang dulunya menjadi pusat pemerintahan hanya tampak sebagai tiang-tiang kayu ulin yang tingginya tak lebih dari satu meter, dengan ujung-ujung yang menghitam. Tanpa dinding. Tanpa lantai. Hanya tiang-tiang gosong tak berharga.
Baru pada era 2000-an, Pemkab Kobar mulai melakukan renovasi besar-besaran terhadap situs bersejarah itu. Hingga kini bangunan terbuat dari kayu ulin yang berdiri kecoklatan menantang matahari tersebut menjadi tanda kebangkitan kembali Kesultanan Kutaringin. Memang bukan sebagai pusat pemerintahan. Juga bukan tempat tinggal sultan dan para kerabatnya.
Setidaknya, istana itu kini tak lagi menjadi bangunan hampa tanpa makna. Ia adalah simbol budaya masyarakat Kobar. Harapan baru itu kini semakin membuncah dengan dinobatkannya Pangeran Alidin Sukma Alamsyah sebagai Sultan XV Kesultanan Kutaringin. Semoga dengan penobatan itu bisa membawa Kesultanan Kutaringin menjadi salah satu kerajaan yang patut dikenang sepanjang masa.
(Dewantara/B-3)
(sumber :Borneonews 18 Mei 2010)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar