Sekutu merupakan negara-negara anggota yang
tergabung dalam South West Pasific Command (SWPC) yang tergabung dalam
negara pemenang perang dunia II juga sangat mendukung pembentukan
kembali Pemerintah Hindia Belanda. Terbukti SWPC yang dipimpin
Jenderal McArthur (AS) membentuk South East Asia Command (SEAC) di
bawah pimpinan Laksamana Lord Mountbatten (Inggris). Australia
merupakan salah satu dari pihak Sekutu.
Setelah berita sampai di Kotawaringin tentang
perjuangan melawan Sekutu di Jawa. Untuk menghadapi kedatangan tentara
asing ke Indonesia yang sudah diproklamasikan maka berdirilah dengan
segera panitia Penyokong Republik Indonesia dan Angkatan Muda. Sang
Merah Putih berkibar dimana-mana.
Kabar perjuangan keras di pulau Jawa telah
memberikan peringatan penting terhadap para pejuang, terutama TKR di
Kotawaringin dan daerah Kalimantan Barat pada umumnya untuk
berhati-hati dan waspada. Para pemuda membentuk kesatuan-kesatuan
untuk turut dalam perjuangan.
Rakyat kemudian memilih Pangeran Aria Bendra
sebagai Kepala Pemerintahan Republik Indonesia ( yang kemudian
ditangkap oleh NICA). Angkatan Muda menurunkan bendera Belanda yang
dikibarkan pekarangan istana dan menyita
kendaraan-kendaaraan Sultan.
Pada bulan Desember 1945, Sultan Alamsyah yang
sebenarnya pejabat Negara Indonesia Serikat berbalik mendukung RI dan
mengikuti jejak para pemuda-pemuda pejuang.
Sebelum bulan Nopember 1945, pihak Belanda telah mengirimkan utusannya
ke Sampit dan Kotawaringin dengan maksud meredam rakyat disana agar
tidak memberikan perlawanan terhadap tentara Australia dan NICA, yakni
bekas kontrolir Van Der Ploeg yang menerangkan kepada tokoh-tokoh
masyarakat tentang maksud kedatangan NICA, yakni untuk menolong rakyat
memperbaiki perekonomiannya yang rusak. Soal politik dan soal
pemerintahan tidak dipercakapkan dan perundingan secara terangan-
terangan tidak diselenggarakan, umumnya hanya beberapa orang saja
dikunjungi atau diundang.
Para pemuda dan rakyat di Sampit dan Kotawaringin
masih menahan diri dan berusaha untuk melakukan negosiasi agar tidak
terjadi konflik senjata yang bisa mengorbakan jiwa. Utusan tersebut
kembali ke Banjarmasin dengan membawa beberapa puluh karung gula dan
beras dari Sampit, tetapi pihak Australia dan NICA berbohong dan justru
militer ke Sampit dan Kotawaringin.
Pada tanggal 14 Januari 1946, di Pangkalan Bun
berdatanganlah lebih kurang 2 kompi KNIL. Rakyat dan para pemuda pejuang
sudah tidak percaya lagi kepada pihak Sekutu yang awalnya akan datang
untuk memberikan bantuan ekonomi, tetapi justru membawa pasukan
bersenjata beerat. Pertempuran tidak bisa dielakkan lagi yang segera
berkobar dan berlangsung lebih kurang dua hari dua malam antara rakyat
yang tak bersenjata dengan kira – kira 400 orang serdadu bersenjata
lengkap. Pangkalan Bun berhasil mereka duduki dan istana dimasukinya.
Tentara Sekutu tidak menduga kalau
perlawanan rakyat akan sangat kuat dan keras. Mereka menilai perang
akan berlangsung lama, sehingga mereka berusaha untuk meredam
pertempuran rakyat kembali dengan upaya diplomasi curang. Sultan
Alamsyah yang sebenarnya sudah mendukung para pemuda pejuang kemudian
diminta untuk mengumpulkan rakyat guna mendengarkan pidato seorang
Mayor Belanda.
Dalam pertemuan antara rakyat dan para
perwira Australia dan NICA Belanda, seorang pemuda tak dapat menahan
gelora hatinya, lalu melepaskan tembakan sehingga rakyat menjadi
kacau. Pertemuan itu bubar dan kembali terjadi pertempuran yang sangat
sengit.
Kotawaringin semenjak itu bergolak terus
itu yang oleh Husin Hamzah dan kawan – kawan dimaksudkan untuk
dijadikan pangkalan tentara penyerbu diKalimantan.
Beberapa kali terjadi pertempuran di
Pangkalan Bun dan kampong–kampung disekitarnya. Di kalangan militer
Belanda dan juga rakyat, banyak menjadi korban . Beberapa kampung
habis dibakar oleh NICA. Bila ada rakyat yang berhasil mereka tangkap ,
maka ia akan dipukul sampai babak belur. Beberapa orang sampai jatuh
pingsan dan patah-patah tulangnya. Ada yang disuruh berdiri
ditengah-tengah bensin yang menyala-nyala. Harta orang kampung habis
digarong oleh militer NICA.
Semua pegawai Republik di tangkap,
demikian pula angkatan-angkatan muda. Pegawai- pegawainya serta
rakyatnya yang dengan ikhlas mengorbankan harta benda dan jiwa raga
mereka untuk membela kehormatan negerinya, meringkuk didalam penjara
di Pangkalan Bun dan diBanjarmasin. Kira-kira empat bulan lamanya Sang
Merah Putih sempat berkibar di pedalaman daerah Kotawaringin, tetapi
setelah tentara Belanda dan Australia berhasil menguasai keadaan Sang
Saka Merah Putih diturunkan.
Referensi : Dr. A.H. Nasution, "Sekitar
Perang Kemerdekaan Indonesia", Departemen Pendidikand an Kebudayaan.
sumber repost : http://news.indonesianvoices.com/index.php/sejarah-kemerdekaan/1293-kalimantan-barat-1945
Tidak ada komentar:
Posting Komentar