Komunitas Blogger Kotawaringin Barat

Islamic Calendar

Islamic Widget

Kamis, 18 Juli 2013

Perjuangan Melawan NICA dan Sekutu di Kotawaringin, Kalimantan Barat, 1945

Pergolakan di Kotawaringin, Kalimantan Barat, antara para Pejuang RI dengan NICA yang dibantu Sekutu sangat tinggi intensitasnya, boleh dikatakan sangat sengit. Australia yang mendukung penjajah Belanda untuk datang lagi ke Indonesia, membantu Belanda dengan memberikan kesempatan NICA masuk ke Indonesia. Australia membonceng NICA secara diam-diam tak lama sesudah Jepang menyerah.
Sekutu merupakan negara-negara anggota yang tergabung dalam South West Pasific Command (SWPC) yang tergabung dalam negara pemenang perang dunia II juga sangat mendukung pembentukan kembali Pemerintah Hindia Belanda. Terbukti SWPC yang dipimpin Jenderal McArthur (AS) membentuk South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Mountbatten (Inggris). Australia merupakan salah satu dari pihak Sekutu.
Setelah berita sampai di Kotawaringin tentang perjuangan melawan Sekutu di Jawa. Untuk menghadapi kedatangan tentara asing ke Indonesia yang sudah diproklamasikan maka berdirilah dengan segera panitia Penyokong Republik Indonesia dan Angkatan Muda. Sang Merah Putih berkibar dimana-mana.
Kabar perjuangan keras di pulau Jawa telah memberikan peringatan penting terhadap para pejuang, terutama TKR di Kotawaringin dan daerah Kalimantan Barat pada umumnya untuk berhati-hati dan waspada. Para pemuda membentuk kesatuan-kesatuan untuk turut dalam perjuangan.
Rakyat kemudian memilih Pangeran Aria Bendra sebagai Kepala Pemerintahan Republik Indonesia ( yang kemudian ditangkap oleh NICA). Angkatan Muda menurunkan bendera Belanda yang dikibarkan pekarangan istana dan menyita kendaraan-kendaaraan Sultan.
Pada bulan Desember 1945, Sultan Alamsyah yang sebenarnya pejabat Negara Indonesia Serikat berbalik mendukung RI dan mengikuti jejak para pemuda-pemuda pejuang. Sebelum bulan Nopember 1945, pihak Belanda telah mengirimkan utusannya ke Sampit dan Kotawaringin dengan maksud meredam rakyat disana agar tidak memberikan perlawanan terhadap tentara Australia dan NICA, yakni bekas kontrolir Van Der Ploeg yang menerangkan kepada tokoh-tokoh masyarakat tentang maksud kedatangan NICA, yakni untuk menolong rakyat memperbaiki perekonomiannya yang rusak. Soal politik dan soal pemerintahan tidak dipercakapkan dan perundingan secara terangan- terangan tidak diselenggarakan, umumnya hanya beberapa orang saja dikunjungi atau diundang.
Para pemuda dan rakyat di Sampit dan Kotawaringin masih menahan diri dan berusaha untuk melakukan negosiasi agar tidak terjadi konflik senjata yang bisa mengorbakan jiwa. Utusan tersebut kembali ke Banjarmasin dengan membawa beberapa puluh karung gula dan beras dari Sampit, tetapi pihak Australia dan NICA berbohong dan justru militer ke Sampit dan Kotawaringin.
Pada tanggal 14 Januari 1946, di Pangkalan Bun berdatanganlah lebih kurang 2 kompi KNIL. Rakyat dan para pemuda pejuang sudah tidak percaya lagi kepada pihak Sekutu yang awalnya akan datang untuk memberikan bantuan ekonomi, tetapi justru membawa pasukan bersenjata beerat. Pertempuran tidak bisa dielakkan lagi yang segera berkobar dan berlangsung lebih kurang dua hari dua malam antara rakyat yang tak bersenjata dengan kira – kira 400 orang serdadu bersenjata lengkap. Pangkalan Bun berhasil mereka duduki dan istana dimasukinya.
Tentara Sekutu tidak menduga kalau perlawanan rakyat akan sangat kuat dan keras. Mereka menilai perang akan berlangsung lama, sehingga mereka berusaha untuk meredam pertempuran rakyat kembali dengan upaya diplomasi curang. Sultan Alamsyah yang sebenarnya sudah mendukung para pemuda pejuang kemudian diminta untuk mengumpulkan rakyat guna mendengarkan pidato seorang Mayor Belanda.
Dalam pertemuan antara rakyat dan para perwira Australia dan NICA Belanda, seorang pemuda tak dapat menahan gelora hatinya, lalu melepaskan tembakan sehingga rakyat menjadi kacau. Pertemuan itu bubar dan kembali terjadi pertempuran yang sangat sengit.
Kotawaringin semenjak itu bergolak terus itu yang oleh Husin Hamzah dan kawan – kawan dimaksudkan untuk dijadikan pangkalan tentara penyerbu diKalimantan.
Beberapa kali terjadi pertempuran di Pangkalan Bun dan kampong–kampung disekitarnya. Di kalangan militer Belanda dan juga rakyat, banyak menjadi korban . Beberapa kampung habis dibakar oleh NICA. Bila ada rakyat yang berhasil mereka tangkap , maka ia akan dipukul sampai babak belur. Beberapa orang sampai jatuh pingsan dan patah-patah tulangnya. Ada yang disuruh berdiri ditengah-tengah bensin yang menyala-nyala. Harta orang kampung habis digarong oleh militer NICA.
Semua pegawai Republik di tangkap, demikian pula angkatan-angkatan muda. Pegawai- pegawainya serta rakyatnya yang dengan ikhlas mengorbankan harta benda dan jiwa raga mereka untuk membela kehormatan negerinya, meringkuk didalam penjara di Pangkalan Bun dan diBanjarmasin. Kira-kira empat bulan lamanya Sang Merah Putih sempat berkibar di pedalaman daerah Kotawaringin, tetapi setelah tentara Belanda dan Australia berhasil menguasai keadaan Sang Saka Merah Putih diturunkan.
Referensi : Dr. A.H. Nasution, "Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia", Departemen Pendidikand an Kebudayaan.
sumber repost : http://news.indonesianvoices.com/index.php/sejarah-kemerdekaan/1293-kalimantan-barat-1945

Tidak ada komentar:

Posting Komentar