Penyakit Demam Berdarah Dengeu (DBD) merenggut satu korban jiwa yang
bernama Niel (5), meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan sekitar
20 jam di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Informasi yang
dihimpun Koran ini, warga Jalan Pangeran Adipati Gg. Beringin, Kelurahan
Raja Kecamatan Arut Selatan meninggal dunia Selasa siang (18/12).
Meninggalnya bocah tersebut mengejutkan orang tua dan pihak keluarga
Niel, sebelumnya mengalami panas tinggi selama tiga hari. Baru hari
keempat korban dibawa ke RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun setelah
mengalami muntah.
Niel sendiri sempat mendapatkan perawatan di rumah
sakit kurang lebih 20 jam, namun akibat kondisi korban yang sudah parah
sebelumnya, membuat nyawa korban tidak tertolong lagi. Asni, orang tua
korban sempat jatuh pingsan beberapa kali mengetahui anaknya meninggal
dunia.
Shinta, tetangga koban mengatakan sebelum sakit, Niel tampak segar
dan tidak ada tanda-tanda seperti orang sakit. “Minggu siang dia masih
asyik bermain dengan anak saya. Tapi setelah itu mengalami panas,” kata
Shinta.
Puncaknya, Niel mengalami muntah pada senin malam (17/12),
Orang tua Neil langsung membawa ke Rumah Sakit. “Kalau kepastiannya
tidak tahu, tapi yang jelas kami mendengar akibat DBD. Hal tersebut
terlihat ketika tubuh korban terdapat bercak-bercak merah dan keluar
darah di bagian tertentu,” ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Shinta, di
daerah tempatnya tinggal sudah banyak anak yang terserang DBD sampai
keluar masuk rumah sakit. Namun, hingga meninggal cuma Neil.
Kepala
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, Dinkes Kobar, Samsudin saat
dikonfirmasi membenarkan korban meninggal akibat DBD. Namun untuk
memastikan apakah murni disebabkan penyakit DBD, masih melakukan
pengecekan dilapangan dan menelusuri riwayat kesehatannya.
“Iya
benar memang informasinya itu karena penyakit DBD, yang lokasinya berada
dilingkup Puskesmas Arsel, tetapi kita perlu pastikan dulu dengan
menelusuri riwayatnya seperti apa, serta melakukan pengecekan ke
lapangan, hasilnya mungkin nanti sore bisa diketahui apakah memang
karena DBD atau karena sebab lain. Kita juga sudah menetapkan DBD di
Kobar dengan status waspada,” ujar Samsudin. Kemarin (19/12)
Informasi
lainnya, kata Samsudin di Sungai Rangit juga ada korban meninggal
karena DBD. Pihaknya langsung ke lokasi untuk melakukan pengecekan.
Sebagai antisipasi yang pertama dilakukan dengan melakukan pengecekan
terlebih dahulu ketika menerima informasi. Dinkes juga gencar melakukan
fogging atau pengasapan.
Terpisah Kepala Puskesmas Arsel, dr. Rita
mengatakan di bulan November tercatat 3 pasien DBD ditangani pihaknya.
Sementara di bulan Desember ada enam pasien. “Untuk Desember saja, sudah
ada enam kasus DBD dan informasinya malah ada yang meninggal tetapi
saya tidak berani pastikan itu karena DBD atau tidak, mungkin kroscek
saja ke rumah sakit karena dirujuk ke sana,” ungkap Rita.
“Sementara
itu, saat dihubungi Koran ini, Kepala Rumah Sakit Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun. Sayuti Syamsul, juga membenarkan bahwa pasien DBD
mengalami peningkatan, tetapi ia mengaku tidak mengetahui persis berapa
datanya yang masuk karena tidak sedang berada di kantor.
Kemudian
ditanya apakah sudah ada pasien yang meninggal akibat penyakit DBD
seperti dikabarkan tersebut, Sayuti juga belum bisa memastikan bisa
hubungi kepala Bidang Pelayanan Publik RSUD,” ungkap Suyuti menjelaskan.
Dikalangan
masyarakat kasus DBD sudah ramai diperbincangkan. Pasalnya sudah
membuat masyarakat khawatir dan mulai banyak menyerang warga. Seperti
dikomplek Mendawai kawasan Korindo, warga juga mengeluhkan karena sudah
banyak warga didaerah tersebut terkena penyakit DBD. “Pemkab Kobar harus
cepat bergerak dengan adanya keluhan masyarakat ini, karena warga sudah
banyak yang sakit karena DBD,” ungkap salah seorang warga kepada Koran
ini kemarin. (Sumber Radar Sampit, 20 Desember 2012)
Kamis, 20 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar