Serapan alokasi dana desa (ADD) menjelang tutup tahun 2012 masih rendah.
Dari dana yang digelontorkan sebesar Rp 17 miliar, hingga akhir
November baru terserap Rp 9,2 miliar atau 53,49 persen. Jika sampai pada
batas waktu yang ditentukan belum dilakukan pencairan maka dana itu
akan hangus.
Kabag Tata Pemerintahan (Tapem) Setda Kobar, Aida
Lailawati menjelaskan dari enam kecamatan se-Kobar, serapan yang paling
minim adalah desa di Kecamatan Arut Utara (Aruta), sebesar 39,69 persen
dari total Rp 2,2 miliar lebih.
Sementara paling tinggi serapannya adalah Arut Selatan (Arsel) 67,11
persen dari total anggaran Rp 2,6 miliar lebih. “Dari semua desa yang
ada di Kobar, sehingga saat ini masih ada yang belum mencairkan sama
sekali ADD di Tahun 2012, ada juga yang baru mencairkan ADD tahap satu,”
ungkap Aida, kemarin (12/12).
Ditambahkannya untuk di Kecamatan
Pangkalan Banteng ada dua desa yang terancam ADD-nya hangus yakni Desa
Pangkalan Banteng dan Desa Sungai Pakit. Sebab, dua desa ini hanya mampu
mencairkan ADD tahap satu saja sampai akhir tahun ini. Kemudian di
Kecamatan Pangkalan Lada, ada satu desa yakni Desa Pandu Sanjaya, Di
Kecamatan Arut Utara, ada satu desa yakni Desa Sambi yang baru
menyelesaikan tahap satu, Kecamatan Kolam ada satu desa yakni Desa
Lalang dan Kecamatan Kumai ada dua desa yakni Desa Lalang dan Kecamatan
Kumai ada dua desa yakni Sekonyer dan Bakau. “Dari 7 desa tadi, hampir
semuanya masih tahap satu, tetapi ada juga yang belum sama sekali
mencairkan ADDnya, seperti Desa Bakau yang tahun ini hanya mengambil
Silfa Tahun lalu,” bebernya.
Dari beberapa desa yang masih sangat
minim penyerapannya ini, mayoritas terkendala laporan pertanggungjawaban
pada pencairan sebelumnya, sehingga ketika laporan pertanggungjawaban
nya belum lengkap secara otomatis tidak akan bisa mencairkan tahap
berikutnya.
Menurut Aida, kendala yang ditemui salah satunya adalah
lemahnya sumberdaya manusia (SDM), bahkan ada beberapa desa yang
mengurus laporannya kepala desanya sendiri. Padahal lanjut Aida,
pelatihan setiap tahun digelar, tetapi masih saja ada yang belum
memahami.
Namun demikian, diakuinya bahwa ada beberapa kelemahan dari
pemerintah daerah sendiri yang kedepan perlu adanya perbaikan, yakni
masalah minimnya anggaran. Hal ini menurutnya berpengaruh terhadap
pelatihan yang diselenggarakan pihaknya. “Idealnya pelatihan minimal
setiap desa tiga orang, karena minimnya anggaran sehingga hanya
menyertakan satu desa, sehingga menjadi terbatas,” jelasnya.
Terpisah
Ketua Asosiasi Kepala Desa Kecamatan Pangkalan Banteng, Iman Maarif,
juga membenarkan bahwa SDM sangat mempengaruhi terhadap jawaban ADD
dimasing-masing desa. Selain itu lemahnya koordinasi antara kepala desa
dengan Sekretaris atau Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga menjadi
kendala tersendiri.
“Di Kecamatan Pangkalan Banteng ada dua desa,
Sungai Pakit dan Pangkalan Banteng, yang baru tahap satu, padahal dalam
setiap pertemuan kita sering tekanan jika ada kendala agar bisa bertanya
sehingga bisa dipecahkan bersama, tetapi karena tidak ada tanggapan,
itu adalah hak masing-masing pemerintahan desa,” jelasnya. (Sumber Radar
Sampit, 13 Desember 2012)
Rabu, 19 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar